Maraknya Tren 'Bayar Nanti': Tinjau Ulang Plus Minus Paylater

[Foto dari Freepik]


Layanan paylater atau BNPL (Beli Sekarang, Bayar Nanti) kini semakin mudah ditemukan, mulai dari platform e-commerce hingga aplikasi transportasi. Kemudahan dan kecepatan prosesnya membuat layanan ini sangat digemari, terutama oleh generasi muda yang terbiasa dengan transaksi digital serba instan.

Namun, di balik popularitas dan kenyamanan ini, penting bagi kita untuk meninjau ulang secara objektif apa saja kelebihan dan kekurangan dari tren 'bayar nanti' ini.

Kelebihan yang Ditawarkan Paylater:

Tidak dapat dimungkiri, popularitas paylater didukung oleh berbagai keuntungan nyata yang ditawarkannya kepada pengguna:

  1. Kemudahan dan Kecepatan: Proses persetujuan umumnya instan dan terintegrasi langsung di aplikasi belanja, tanpa memerlukan kartu kredit fisik.

  2. Manajemen Arus Kas: Paylater dapat berfungsi sebagai alat bantu untuk mengatur arus kas. Pengguna bisa membeli kebutuhan mendesak di pertengahan bulan dan membayarnya secara penuh saat gajian tiba.

  3. Akses ke Promosi: Sering kali, tersedia penawaran diskon, cicilan 0%, atau cashback khusus yang hanya berlaku untuk metode pembayaran paylater.

Kekurangan yang Harus Diwaspadai:

Di sisi lain, kemudahan ini datang dengan konsekuensi dan risiko yang wajib dipahami sebelum menggunakannya:

  1. Mendorong Perilaku Impulsif: Karena proses pembayaran "tidak terasa" saat transaksi (tidak ada uang tunai keluar atau saldo rekening berkurang), paylater dapat memicu pembelian barang-barang yang tidak esensial atau di luar anggaran.

  2. Akumulasi Utang: Sifatnya yang mudah diakses di banyak platform membuat pengguna rentan memiliki banyak tagihan kecil. Jika tidak dikelola, tumpukan utang kecil ini bisa menjadi besar dan membebani keuangan.

  3. Risiko Gagal Bayar (Galbay): Kegagalan melunasi paylater akan berdampak langsung pada skor kredit di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) atau BI Checking. Catatan kredit yang buruk akan menyulitkan pengguna saat hendak mengajukan kredit penting, seperti KPR atau kredit usaha di masa depan.


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total utang pinjol dan paylater telah mencapai Rp 101,3 triliun per Agustus 2025. Seiring dengan lonjakan nilai utang tersebut, OJK juga menyoroti adanya tren peningkatan risiko kredit macet (NPL). Data ini menegaskan bahwa risiko gagal bayar adalah masalah nyata yang sedang meningkat di masyarakat.

Bijak Menggunakan Paylater

Perlu diingat bahwa konsep 'bayar nanti' tetap berarti harus membayar/melunasi utang tersebut. Kunci bijak penggunaan paylater terletak pada pengendalian diri dan pemahaman penuh atas kemampuan finansial kita. Sering kali, kemudahan ini lebih banyak digunakan untuk memenuhi keinginan non-esensial, seperti membeli barang fesyen, kuliner, atau sekadar mengikuti tren gaya hidup, alih-alih untuk kebutuhan primer yang mendesak.

Perilaku ini berisiko. Penggunaan yang awalnya mungkin hanya untuk situasi darurat, seiring waktu dapat dengan mudah berubah menjadi kebiasaan konsumtif. Apalagi jika terus didorong oleh godaan diskon dan promosi. Oleh karena itu, penting untuk memahami kelebihan dan kekurangannya sebelum memutuskan menggunakan paylater.

Pastikan Anda memilih langkah yang tepat dengan mengutamakan keamanan dan legalitas. Mulai perjalanan finansial Anda yang lebih produktif dan aman di BPR Cahaya Bumi Artha, lembaga keuangan resmi yang terdaftar dan diawasi OJK.

Hubungi Kami Melalui:


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama